Kawasan Jalan Pagar Alam di Bandar Lampung jadi pusat oleh-oleh.
Di Jalan Pagar Alam, Bandar Lampung, pisang menjadi makanan olahan yang banyak dicari. Tidak hanya rasa manis, banyak rasa yang bisa didapatkan di tempat ini, sehingga membuat sajian pisang terlihat lebih menarik.
Keripik pisang menjadi lebih beraneka rasa berkat inovasi para
pengusaha di sana. “Saya baru satu tahun berbisnis keripik ini.
Sebelumnya, saya bekerja membantu orang lain sebagai penjual keripik
juga. Setelah modal terkumpul, saya buka sendiri,” ucap Suwarti penjual
kripik pisang.
“Disesuaikan juga dengan kebutuhan sih. Tapi rata-rata produksi,
kalau pisang sekitar 400 sisir. Dulu saya membuka toko ini modalnya Rp25
juta. Alhamdulillah, saat ini omset saya dalam sehari minimal Rp500
ribu atau dalam seminggu bisa terjual 50 kg keripik. Paling laku tetap
pisang aneka rasa itu,” ujar Sunarti yang mempekerjakan 4 karyawan.
“Kalau saya sudah sejak 5 tahun lalu. Modalnya dulu hanya dua juta
rupiah. Saya bersyukur karena saat ini, keripik pisang saya dalam
seminggu bisa terjual sampai satu kuintal. Kalau keripik lainnya seperti
singkong, sehari bisa terjual 6 karung,” ujar Tohir yang berjualan
kripik di kawasan Pagar Alam. Namun, di kala ramai, omsetnya bisa tembus
Rp5 juta sehari.
Lain halnya dengan kisah yang dialami oleh Santi, perjuangannya
membangun usaha keripik terbilang gigih. Ia memulai usaha ini sejak
masih duduk di bangku SMA. “Awalnya, tidak seramai ini. Hanya ada saya
dan beberapa penjual keripik lain saja. Tempat ini juga belum dijadikan
kawasan sentra keripik Lampung. Baru belakangan ini saja diresmikan oleh
pemerintah,” ungkapnya.
Kini, Shinta, yang menamai toko keripiknya dengan nama Istana
Keripik Shinta, dalam sebulan sudah mampu memperoleh omset hingga Rp60
juta. Ada delapan rasa yang ia jual dengan harga Rp40 ribu per kilogram.
“Dari delapan rasa itu, yang paling banyak dibeli adalah rasa coklat
dan rasa keju,” ujar Shinta.