Beberapa dari Anda, khususnya yang memiliki jam makan kurang teratur,
pasti sering merasakan lapar di momen tertentu, sebelum jam makan
datang. Hal inilah yang kemudian membuat keinginan untuk ngemil kian
besar.
Namun sebuah fakta yang diungkap sebuah penelitian di
Sekolah Kesehatan San Diego, menyatakan bahwa aktivitas ngemil sebelum
tidur, bisa memberikan risiko kanker payudara.
Ya, kebiasaan
ngemil di malam hari, khususnya bagi para wanita, ternyata bisa
menyebabkan munculnya kanker payudara. Kunci penting dalam hal ini,
ialah keseimbangan kadar gula dalam darah yang bisa menyebabkan
munculnya kanker.
Penelitian yang dilakukan pada lebih dari 2000
wanita di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa wanita yang tidak makan
dalam waktu dekat dengan jam tidur, akan memiliki risiko kanker lebih
kecil. Semakin lama waktu wanita tidak makan sebelum tidur, maka risiko
kanker payudara akan lebih bisa ditekan.
Dilansir dari Dailymail,
wanita yang tidak makan menjelang jam tidur, cenderung memiliki kadar
gula darah seimbang, yang kemudian memengaruhi jumlah hormon dalam
tubuh, yang berujung pada muncul atau tidaknya sel kanker di dalam
tubuh.
Catherin Marinac, penulis dari penelitian ini
mengungkapkan, "Kandungan glukosa berlebihan dalam tubuh, bisa
merangsang munculnya sel kanker," jelasnya. Pertumbuhan sel kanker
tersebut, menurut Chaterin bisa diperparah dengan jumlah insulin yang
terlalu tinggi, yang ironisnya disebabkan oleh kandungan glukosa
berlebih.
Sebanyak empat persen wanita yang terbukti memiliki
gula darah yang seimbang, ternyata terbukti mengemil jauh dari jam
tidur. Selain itu, jenis camilan yang Anda konsumsi, juga menentukan
keseimbangan gula darah dalam tubuh yang memakannya.
Anda bisa
memili jenis camilan yang sehat seperti buah dan sayur, yang memiliki
kandungan gula yang cukup, namun tetap mengenyangkan.
Namun yang
terpenting, menurut Catherin adalah menjaga pola makan teratur pada
jam-jam sesuai. Hal ini akan menekan keinginan untuk ngemil. Dengan
begitu, ngemil bisa terjaga dan kesehatan terpelihara.
Penyakit alzheimer berkaitan erat dengan menurunnya kemampuan otak untuk
mengingat. Tal hanya itu, baru-baru ini disebutkan bahwa kemampuan
berpikir dan bergerak secara bersamaan juga berkaitan dengan risiko
alzheimer.
Peneliti di York University, Kanada, mengungkapkan
bahwa wanita yang merasa kesulitan untuk berpikir dan bergerak pada saat
yang sama berisiko lebih tinggi terkena alzheimer. Salah satu kegiatan
harian yang membutuhkan koordinasi gerak dan berpikir secara bersamaan
yakni menyetir mobil.
"Sebab, kami menemukan hubungan antara
aktivitas yang dilakukan dan masalah komunikasi di antara bagian otak
berbeda yang dapat mempromosikan kegiatan berpikir dan bergerak secara
simultan," tutur ketua peneliti Kara Hawkins.
Untuk
studi ini, Hawkins dan koleganya melibatkan 30 wanita, di mana 10 orang
berusia di awal 20 tahun dan sisanya berusia 50 tahun atau lebih.
Setengah dari peserta memiliki risiko tinggi alzheimer. Hawkins dan
timnya pun melakukan scan otak peserta.
"Tujuannya yakni untuk
melihat apakah ada gangguan kinerja kognitif-motorik pada kelompok
berisiko tinggi dengan perubahan otak di bagian atas dan bawah seiring
terjadinya penuaan," terang Hawkins dalam laporannya di Journal of
Alzheimer, dan dikutip pada Kamis (2/4/2015).
Peneliti lainnya,
Profesor Lauren Sergio mengatakan ia dan timnya melihat hubungan
kerusakan fungsi kabel otak ketika seseorang melakukan aktivitas yang
memerlukan kesimultanan gerak dan berpikir. Hasilnya, dikatakan Prof
Sergio, terdapat kegagalan komunikasi.
"Studi kami juga
menunjukkan tugas berbasis komputer yang dilakukan peserta pelajar bisa
menjadi peringatan dini untuk risiko alzheimer. Setidaknya, tes seperti
ini layak untuk dijadikan pengganti tes pencitraan otak yang mungkin
sulit dilakukan secara rutin," imbuh Prof Sergio.
Rabu, 30 Desember 2015
When
you’re in the gym debating whether you should skip leg day, think about
how important your legs are for the rest of your body! Work those
muscles. (Photo: Pond5 / Life by DailyBurn)
Ladies and gentlemen of the gym, it’s time to talk about leg day. While so-called “mirror muscles”
like your core, back and arms are typically more noticeable, you’re
making a huge mistake if you’re only training above the belt. Your lower
body is home to some of the biggest muscles in your body. Focus on
workouts that challenge your bottom half and you’ll be rewarded with
strong glutes, athletic quads, healthy hammies and toned calves. But
it’s not all about looking good. As evidence, we present nine reasons to
train your lower body. Because friends don’t let friends skip leg day.
The
power generated from your lower half is essential for nearly every
sport. Think of soccer players sprinting to the ball, basketball players
jumping above the rim, or baseball players generating enough power to
knock one out of the park. “A well-developed lower body will allow you
to exert a maximal amount of force in a minimal amount of time, which in
turn makes you faster and more explosive,” says Jen Sinkler, an author,
personal trainer, former elite athlete and founder of Lift Weights
Faster. “It’s very important for any athlete whose success depends on
speed.”
Lower-body
strength could also be the difference between getting injured and
staying in the game. Performing functional exercises, like lunges and
squats, promotes stability in the knee, which, according to the American
Council on Exercise, is your best bet to prevent an ACL tear. Sinkler, a
former elite-level rugby player, says she recovered from a long-term
cartilage injury (due to a muscle imbalance) by strengthening her
posterior chain, otherwise known as the back of the body.
“Challenging these larger muscles requires more energy, which means your body will be burning more calories.”
3. You’ll burn more calories.
Whether
or not weight loss is the goal, if you want to get the most bang for
your buck at the gym, it all starts with the legs. “Working bigger
muscles in multi-joint exercises like squats, deadlifts or lunges will
require more ‘work’ from the heart and brain and higher levels of
metabolism compared to exercising smaller muscle groups,” says Jon-Erik
Kawamoto, CSCS, a Newfoundland-based personal trainer. Challenging these
larger muscles requires more energy, which means your body will be
burning more calories. Fun fact: Your gluteus maximus (aka your behind)
is the largest muscle in your body.
Giant
biceps are no match for a patch of sidewalk ice. But having a strong
lower body just might help you avoid a wipeout. Exercises like side
lunges and deadlifts will increase your stability, develop your
proprioception and help keep you ready for anything. Whether you’re an
adrenaline sport junkie or a weekend warrior type, balance is essential
for maintaining control of your body.
5. You’ll run faster and longer.
There’s
more than one reason strength training can make you a better runner.
Strength-based movements like squats and deadlifts will help develop
your hips, which are typically a major source of injury for runners.
Research also shows that strength training can help give endurance
athletes a leg up on the competition. In one study, cyclists who
strengthened their lower body demonstrated more power during the final
sprint of a race than those who skipped the weights.
Not
only will leg day make you speedier on the track, but it can also speed
up your metabolism. It’s no secret that lifting weights will help
athletes build and maintain muscle mass. And when your body composition
has more muscle, “your whole engine runs faster,” says Sinkler. Strength
training outperforms running, cycling, rowing and other standard cardio
exercises when it comes to keeping metabolism revved up, Sinkler says.
7. You’ll relieve lower back pain.
If
you sit for the majority of your day, odds are good that you experience
some back pain from weak hamstrings and short and tight hip flexors.
“[Most people] blame tight hamstrings and attempt to stretch them,” says
Sinkler. “In actuality, they would be better off stretching the hip
flexors and strengthening the hamstrings, glutes and abdominal muscles.”
8. You’ll increase your range of motion.
Think
flexibility has nothing to do with weight training? Think again.
Olympic weightlifters, elite CrossFit athletes and pro-level athletes
from nearly all disciplines need mobile joints in order to maximize
their power output. Even if you aren’t a top competitor, learning the
correct movement patterns for exercises like the squat, deadlift and
lunge will improve your range of motion, says Sinkler. Once you’ve got
the movements and proper mobility down, you’ll be able to safely tackle
more weight and ultimately increase your gains.
9. You’ll have superhero efficiency for everyday tasks.
Kawamoto
notes that even if you aren’t an elite athlete, giving your legs
attention will pay off each and every day. Picking up boxes, carrying
groceries, or moving furniture will be easier when your lower body is
used to squatting down and hinging at the hips. Even if your arms are
strong, you’ll be more efficient when lifting heavy objects if you squat
down and engage those glutes and hammies instead of straining your
back.
Tips for Leg Day
Is it squat o’clock? Here’s what you need to know about getting a leg up on your next lower-body workout.
How often to hit it: Your workouts should be different
depending on your goals. Runners should incorporate strength training on
low to moderate mileage days. For gym goers looking to change their
body composition, Sinkler says it’s best to rotate volume (number of
sets), heavy weight and speed so your body never adapts to the demands
of your workouts.
Which exercises are most efficient: Sinkler and Kawamoto
both recommend squats, deadlifts and lunges, as well as single-leg
variations of those movements. Skip lower body machine presses since
they won’t engage your core as much as free weight exercises. If you
enjoy bodyweight training, make sure to find new variations so you’ll
keep challenging yourself and seeing progress.
What not to do: It’s well-known advice but worth
repeating: To maximize results and prevent injury, never add more weight
or attempt to go for speed until you’ve got the movement patterns down.
Beginners should pay special attention to squat depth, posture and knee
alignment. When in doubt, schedule some time with a certified strength
coach or trainer to nail down the foundations before going heavy.
Pernahkah Anda bayangkan, seorang perempuan Jepang dengan tubuh gemuk
atau obesitas? Jika ya, tampaknya ini hanya sebuah imajimasi Anda.
Karena nyatanya, persentase orang gemuk di Jepang adalah salah satu yang
terendah di dunia, hanya 3,5 persen.
Mari kita lihat apa yang perempuan Jepang makan dan jenis gaya
hidup apa yang mereka jalani sehingga tetap langsing. Cara-cara
sederhana ini mungkin berguna untuk Anda juga. Jadi, apa yang dikonsumsi
perempuan Jepang? Berikut makanan yang biasa dimakan wanita Jepang
seperti dilansir laman Genius Beauty.
Nasi
Anda mungkin tahu bahwa beras merupakan makanan dasar dari masakan
Asia dan unsur yang paling penting dalam nutrisi dari orang-orang
Jepang. Nasi bukan hanya lauk utama, tetapi juga pengganti roti.
Terlepas dari kenyataan bahwa beras adalah produk dengan kandungan
karbohidrat yang tinggi, itu justru dianggap sebagai elemen utama dari
diet Jepang.
Ikan
Perempuan Jepang hampir tidak makan daging berlemak, tetapi mereka
tidak bisa membayangkan sehari saja tanpa ikan segar dan makanan laut.
Inilah yang memungkinkan mereka mendapatkan berat badan ideal.
Anda mungkin juga tahu bahwa makanan laut adalah sumber yodium dan
omega-3, yang mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, serta masalah
dengan kelenjar tiroid.
Porsi kecil
Bahkan di restoran modern Jepang, mereka selalu menyajikan porsi
yang kecil. Begitu pula di restoran Jepang di berbagai negara. Pada
kenyataannya, ini adalah bagian dari sikap nyata orang Jepang terhadap
makanan.
Mereka tidak pernah makan banyak, hanya sebuah porsi sederhana.
Dengan demikian, orang Jepang terbiasa pada prinsip dasar diet yang
sehat sejak kecil, yakni makan dengan porsi sangat kecil lebih sering.
Cara memasak
Gorengan jelas bukanlah khas dari masakan Jepang. Jepang umumnya
tidak terbiasa dengan makanan ini! Tentu saja, mungkin Anda pernah
menemukan makanan Jepang yang dimasak dalam remah roti atau digoreng
dalam minyak pada menu, tetapi perempuan Jepang makan dengan makanan
yang dikukus atau direbus dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Teh hijau
Teh hijau tidak hanya sumber antioksidan, yang memperlambat proses
penuaan, juga merupakan asisten setia dalam proses menurunkan berat
badan, ini karena diuretik, yang bisa menghilangkan kelebihan cairan
dalam tubuh.
Upacara teh tradisional yang telah ada selama berabad-abad masih
populer. Tentu saja, orang-orang Jepang tidak menghabiskan selama dua
jam dengan ketel teh, tapi teh hijau dapat diminum beberapa kali dalam
sehari.
Kedelai
Kaya protein, rendah lemak dan kalori, kedelai menyertai setiap
makan di Jepang, mulai dari saus, susu kedelai atau tahu. Dengan
demikian, tidak ada defisit protein nabati dalam diet Jepang, dan bahan
ini diperlukan untuk membangun otot.