Luka yang tidak kunjung sembuh di bagian kaki, bahkan hingga menimbulkan
borok kerap dialami oleh pasien diabetes melitus. Masyarakat awam kerap
menyebut komplikasi diabetes tersebut sebagai "diabetes basah".
Meski
demikian, sebenarnya tidak ada kategori diabetes "kering" atau "basah".
Jenis diabetes sendiri ada beberapa macam, yakni diabetes tipe 1 yang
biasanya terjadi di usia anak-anak, serta diabetes tipe 2 atau diabetes
melitus yang disebabkan karena gaya hidup tidak sehat dan diderita orang
dewasa. Ada juga diabetes gestasional atau diabetes yang terjadi selama
kehamilan.
Ada pun "diabetes basah" yang sering salah dipahami
awam itu sebenarnya adalah diabetes melitus. "Awam menilai kalau basah
maka lukanya jadi jelek," kata dr. Rochsismandoko, Sp.PD dari
RS.Betshaida Serpong, Tangerang Selatan.
Luka yang menimbulkan
borok tersebut merupakan komplikasi penyakit diabetes akibat kadar gula
darah terus menerus tinggi. "Ini kombinasi dari saraf dan pembuluh darah
yang rusak sehingga mempersulit penyembuhan," katanya.
Ulkus
atau luka yang sulit sembuh dipicu terjadinya penyempitan pembuluh darah
tepi di kaki. Kondisi itu membuat jaringan di bagian kaki yang
mengalami luka menjadi tidak teraliri darah, kekurangan oksigen, dan
nutrisi hingga akhirnya mati.
Sirkulasi darah yang buruk pada
kaki menyebabkan pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman terganggu.
Kadar gula yang tinggi membuat kuman lebih mudah berkembang biak. Itu
semua membuat infeksi makin mudah menyebar hingga akhirnya luka di kaki
harus segera diamputasi.
"Semakin jauh dari jantung, pembuluh
darah akan mudah rusak dan kalau ada luka sulit sembuh. Karena itu pada
pasien diabetes yang dipentingkan adalah bagian kaki. Kan, tidak ada
luka di tangan atau punggung yang sulit sembuh," paparnya.
Rochis
menyebutkan, hampir 40 persen pasien diabetes yang datang ke klinik
sudah terjadi neuropati (komplikasi pada saraf) dan juga makrioangiopati
(penebalan dinding pembuluh darah besar).
"Tidak semua pasien
diabetes melitus mengalaminya, kalau gula darahnya terkendali tidak
mungkin terjadi," Ketua Persadia Tangerang ini.
Rochis
menjelaskan, pada umumnya dokter akan melakukan pemeriksaan pembuluh
darah di kaki pasiennya. "Kita bisa meraba apakah ada perubahan warna,
bentuk, atau rasa di kaki," katanya.
Neuropati pada kaki bisa
menyebabkan pasien mengalami baal atau mati rasa. "Saya ada pasien yang
menginjak paku payung pun tidak merasa. Pulang dari naik bajaj kakinya
sudah melepuh karena tidak merasa menginjak sesuatu," katanya.
Oleh
karena itu pasien diabetes melitus diwajibkan selalu menggunakan
sandal, baik di dalam rumah atau luar rumah. Pasien juga harus rutin
memeriksakan kakinya dan segera mengobati lukanya.
Walau luka
yang infeksi sulit sembuh, namun menurut Rochis tidak semua kasus borok
di kaki memerlukan amputasi. "Kalau masih bisa diperbaiki ya tidak perlu
diamputasi. Kecuali kalau infeksinya sudah kena tulang terpaksa harus
diamputasi," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar