Mengonsumsi lemak sesuai dengan anjuran dapat bantu produksi hormon.
Lemak adalah salah satu dari tiga nutrisi utama dalam makanan yang
dibutuhkan oleh tubuh. Lemak merupakan sumber energi tertinggi selain
karbohidrat dan protein. Lemak memberikan tubuh pasokan cadangan energi
dan fungsi lainnya.
Lemak dapat digolongkan menjadi dua yaitu lemak tak jenuh (lemak baik) dan lemak jenuh (lemak kurang baik).
Lemak tak jenuh
Lemak tak jenuh atau unsaturated fat memiliki
manfaat memperkecil risiko serangan jantung, menaikkan antibodi tubuh
dan membantu menurunkan kolesterol LDL. Bahkan lemak tak jenuh tunggal
mampu meningkatkan kadar HDL.
Untuk lemak tak jenuh dapat dibagi
dua yaitu lemak tak jenuh ganda dan lemak takjenuh tunggal. Untuk lemak
tak jenuh ganda (poly-unsaturated fat/PUFA) dibagi menjadi lemak omega 3
dan lemak omega 6, yang kita kenal sebagai lemak esensial yang banyak
ditemukan pada ikan (omega 3) dan makanan nabati (omega 6).
Sedangkan
untuk lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated fat/MUFA) dimiliki oleh
beberapa makanan seperti buah zaitun, minyak zaitun, minyak canola,
alpukat, dan kacang-kacangan seperti wijen dan kacang tanah.
Lemak jenuh
Lemak
jenuh (saturated fat/SAFA) adalah lemak trans atau trans fat. Lemak ini
pada umumnya berbentuk padat. Lemak jenuh terkandung dalam beberapa
makanan, seperti susu murni, minyak kelapa, minyak sawit, daging merah,
dan produk-produk daging seperti sosis dan burger.
Mengonsumsi
lemak jenis ini harus dibatasi karena akan meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah, terutama tingkat LDL, dan menimbulkan risiko penyakit
jantung koroner.
Emilia E. Achmadi, MS salah satu pakar nutrisi,
ditemui pada Jumat, 13 Maret, di The Cook Shop, Jalan Hang Lekir,
Jakarta, menjelaskan bahwa lemak tidak perlu selalu dihindari.
"Kita tidak perlu takut mengonsumsi lemak, karena tubuh kita
memerlukan lemak untuk membantu organ-organ di dalam tubuh bekerja
sebagai mana mestinya." ujarnya.
"Yang terpenting adalah bagaimana kita bersikap bijak terhadap asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh kita".
Di
Indonesia, kegemaran masyarakat mengonsumsi makanan yang digoreng
dengan banyak minyak dan bersantan masih cukup tinggi. Padahal, makanan
yang digoreng memiliki kadar lemak yang tinggi, termasuk kandungan lemak
jenuhnya.
Menurut data Riskedas 2013, persentase perilaku
konsumsi makanan berlemak pada penduduk Indonesia usia lebih dari 10
tahun adalah 40,7 persen. Kondisi ini sayangnya masih jauh melebihi dari
yang dianjurkan dalam pedoman gizi seimbang.
Menyikapi hal
tersebut, menurut Mia, sapaan Maria Dewantini Dwianto, Head of Corporate
Communications PT Unilever Indonesia, Tbk, perlu ada perubahan di sisi
konsumen yang tentunya harus didukung dengan inisiatif dari pemerintah
dan juga swasta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar